TONO BINGUNG CARA MEMBAYAR "KARMA"

Table of Contents

(Tono datang menemui Mbah Jarkoni dengan wajah yang tampak lelah dan penuh kebingungan. Ia baru saja selesai melakukan rangkaian ritual malamnya.)


Tono: "Permisi, Mbah. Maaf mengganggu malam-malam."

Mbah Jarkoni: "Lho, Tono. Tidak apa-apa, Le. Sini, duduk. Mukamu itu kok kelihatan bingung? Padahal Mbah dengar wiridanmu tadi kencang sekali, sampai cicak di dinding ikut khusyuk."

Tono: "Justru itu, Mbah, yang membuat saya bingung. Setiap hari saya sudah meditasi, wiridan, mencoba memurnikan energi, katanya untuk membersihkan 'karma buruk' dari masa lalu. Tapi kok rasanya 'karma' ini seperti utang yang tidak pernah lunas ya, Mbah? Masalah datang silih berganti. Sebenarnya apa itu karma? Dan bagaimana cara melunasinya biar saya bisa benar-benar bebas?"

Mbah Jarkoni: (Tersenyum sabar) "Tono, Tono... kamu ini kebanyakan baca buku, jadi mikir karma itu kayak laporan utang-piutang di bank gaib. Rumit dan bikin pusing. Padahal, karma itu sesederhana tukang kebun yang menebar benih."

Tono: "Tukang kebun, Mbah?"

Mbah Jarkoni: "Iya. Dengar baik-baik. Kalau hari ini kamu sengaja menebar biji cabai rawit di kebunmu, ya jangan berharap besok atau lusa kamu bisa panen mangga manis. Yang tumbuh pasti pohon cabai. Kalau kamu rawat, buahnya lebat. Waktu kamu makan, rasanya pedas sampai bibirmu dower. Rasa pedas itu bukan 'hukuman', Tono. Itu cuma hasil dari biji yang kamu tanam sendiri."

Tono: "Lalu karma baiknya, Mbah?"

Mbah Jarkoni: "Sama saja. Kalau hari ini kamu tanam biji sawo, ya yang tumbuh pohon sawo. Buahnya manis dan menyejukkan. Rasa manis itu bukan 'hadiah' atau 'pahala'. Itu cuma hasil dari bijih yang kamu tanam. Karma itu netral, Le. Cuma hukum sebab-akibat. Tanam pedas, panen pedas. Tanam manis, panen manis. Sederhana."

Tono: "Tapi, Mbah... saya merasa sudah menanam yang baik-baik lewat ritual saya. Kenapa hidup saya masih sering terasa pedas?"

Mbah Jarkoni: (Menepuk pundak Tono) "Nah, di sinilah letak kebingunganmu. Kamu itu seperti ini:

Pagi hari, saat kamu meditasi dan wiridan, kamu sedang sibuk menyiapkan benih mangga yang paling unggul. Kamu berdoa biar dapat panen yang manis. Itu bagus."

"TAPI..."

"Siangnya di kantor, kamu ngedumel dalam hati soal kerjaanmu. Itu kamu sedang menebar biji pare yang pahit."

"Sorenya di jalan, kamu maki-maki orang yang menyalip motormu. Itu kamu sedang menebar biji cabai rawit."

"Malamnya, kamu buka sosial media dan iri lihat postingan temanmu. Itu kamu sedang menebar biji kedondong yang kecut."

"Terus kamu heran, kenapa kebun kehidupanmu rasanya campur aduk antara pahit, pedas, dan kecut, padahal setiap pagi kamu sudah nyiapin benih mangga? Ya karena yang benar-benar kamu tanam di sawah kehidupanmu sehari-hari itu bukan benih mangganya, Le! Ritualmu itu baru persiapan di gudang, tapi 'menanam'-nya ada di setiap pikiran, ucapan, dan perbuatanmu sepanjang hari."

Tono: (Wajahnya pias, ia tertegun lama sekali) "Astaghfirullah... Jadi, cara lepas dari karma itu..."

Mbah Jarkoni: "Cara lepas dari karma buruk itu bukan dengan ritual 'membersihkan' panen yang sudah terlanjur pedas. Itu melelahkan dan hampir mustahil. Caranya adalah dengan menjadi tukang kebun yang sadar SAAT MEMILIH BENIH yang mau kamu tebar HARI INI, DETIK INI."

"Sebelum mau ngomong, tanya dulu: 'Ini benih cabai atau benih sawo?'. Sebelum mau berpikir buruk, sadari dulu: 'Ini bakal jadi pohon yang meneduhkan, atau pohon yang berduri?'. Itu saja. Sulitnya minta ampun, tapi hanya itu jalannya."

Tono: (Mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca penuh pemahaman) "Ritual saya... hanya persiapan benih. Tapi penanaman yang sesungguhnya... ada di setiap detik kehidupan saya. Nggih, nggih, Mbah. Saya paham sekarang."

Pitutur Penutup dari Mbah:

Berhentilah memikirkan karma sebagai sebuah buku catatan dosa dan pahala yang rumit dari masa lalu. Itu hanya akan membuatmu merasa menjadi korban yang tak berdaya.

Lihatlah karma sebagai kebun di hadapanmu saat ini. Setiap pikiranmu adalah benih. Setiap ucapanmu adalah benih. Setiap perbuatanmu adalah benih. Engkau adalah satu-satunya penanam di kebun jiwamu sendiri.

Kebebasan dari penderitaan tidak datang dengan menghapus panen buruk di masa lalu, tapi dengan kebijaksanaan untuk menanam benih kebaikan di masa sekarang. Jangan sibuk membersihkan buah yang pahit, sibuklah menanam pohon yang manis.

👇 Ayo Ngobrol Bareng Mbah!

Merasa tercerahkan tentang karma? Tekan tombol Like jika obrolan ini bermanfaat, Bagikan ke teman-temanmu yang masih bingung, dan Komentar di bawah, 'benih' kebaikan apa yang akan kamu tanam hari ini?

Rahayu... See you... Love You... Semesta ON... 🙏💓

Posting Komentar